Kata sistem berasal
dari bahasa Yunani yaitu systema, yang mempunyai satu pengertian yaitu
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan satau kesatuan yang tidak terpisahkan. Sistem secara
teknis berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen
atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara
dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dari ketiga definisi tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian sistem adalah seperangkat
bagian-bagian yang saling berhubungan erat satu dengan lainya untuk mendapatkan
suatu informasi (Jogiyanto, 1990).
Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan
suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan
menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).
Sistem ini mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,
dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi.
Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan
analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang
dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem
Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk
menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi (Lemay,
1997).
Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan
nama Data Banks for Develompment. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis
seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari
International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan
oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada),
digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk
inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) sebuah inisiatif untuk
mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai
informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan
tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang
di beberapa benua terutama Benua Amerika, BenuaEropa, Benua Australia, dan
Benua Asia. Seperti di Negara-negara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG
dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan SIG menjadi pesat
semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis
(Budiyanto, 2005).
Menurut Charter (2003) modul registrasi organisasi akan mengkoordinir
dan menyeimbangkan distribusi dari organisasi yang ada pada area yang terkena
bencana dan menghubungkan kelompok yang ada sehingga mereka bisa bekerja
sebagai satu kesatuan. Aplikasi ini tidak hanya melacak dimana organisasi
tersebut aktif, tetapi juga layanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.
Fitur-fitur yang ada meliputi:
1. Mengetahui daftar semua metadata organisasi pemberi bantuan dan kegiatan
yang dilakukan di daerah tertentu.
2. Mendaftar sukarelawan yang ingin berkontribusi,
3. Mengetahui layanan penting yang disediakan organisasi dan dimana layanan
tersebut disediakan,
4. Melaporkan layanan dan dukungan yang terkumpul pada suatu daerah dan
juga dimana tidak ada layanan bantuan yang tersedia.
Sebuah sistem informasi yang
terintegrasi, sebagai realisasi akan adanya kebutuhan suatu sistem pemantau,
harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Sistem ini yang
dinamakan Sistem Informasi Perikanan Indonesia mempunyai kegunaan antara
lain:
1. Mendukung terciptanya
suasana sinergis antara sistem-sistem informasi yang
berkaitan dengan
perikanan baik yang sudah ada, yang sedang dikembangkan, maupun yang sedang
direncanakan.
2. Menekan pemborosan
akibat adanya duplikasi data yang berkaitan dengan
perikanan, sekaligus
menjadi saling melengkapinya.
3. Menciptakan suatu
sistem pendataan yang efisien dan sederhana hingga
mudah dimengerti oleh
berbagai pihak.
4. Mengsyaratkan
data-data yang berkaitan dengan perikanan sehingga mudah
dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat maupun instansi yang memerlukan.
5. Menyediakan data-data
yang berkaitan dengan perikanan secara cepat.
6. Mendidik masyarakat
untuk dapat mengerti karakteristik perikanan Indonesia.
7. Menciptakan rasa kepemilikan yang bertanggung
jawab terhadap perikanan
Indonesia pada
masyarakat Indonesia secara umum.
8. Menyediakan informasi yang dibutuhkan
secara lebih valid dan lengkap untuk menjadikan kebijakan lebih efektif.
Keuntungan yang
diperoleh dari ketersediaan sistem informasi perikanan Indonesia dapat dilihat
dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai pengambil keputusan, dan
sebagai pengguna informasi. Dari sisi pemberi data keuntungan diperoleh dengan
adanya pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang menjual informasi dengan
dimensi lebih luas. Sisi pengambil keputusan memperoleh manfaat di dalam
peningkatan pelayanan, pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, maupun
kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif dan efisien. Sedangkan
dari sisi pengguna informasi nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas
tindakan yang tidak tepat, meningkatnya daya saing, dan meningkatnya keuntungan(Suyanto, 2005).
2. Komponen SIG
SIG merupakan suatu
sistem komputer yang terintegrasi di tingkat fungsional dan jaringan. Komponen
SIG terdiri dari :
1. Perangkat Keras (hardware)
Komputer (komputer tunggal, komputer sistem jaringan dengan server,
komputer dengan jaringan global internet) dan periperalnya merupakan komponen
yang harus tersedia untuk mengoperasikan SIG berbasis komputer. Perangkat keras
untuk SIG meliputi perangkat keras : pemasukan data, pemrosesan data, dan
penyajian hasil, serta penyimpanan (storage).
2. Perangkat lunak (software)
Perangkat lunak yang mempunyai fungsi diatas dan fasilitas untuk
penyimpanan, analisis, dan penayangan informasi geografi. Syarat yang harus
dipenuhi software SIG diantaranya:fasilitas untuk pemasukan dan manipulasi data
geografis,fasilitas untuk query, analisis, dan visualisasi serta Graphical
User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah akses fasilitas yang
ada.
3. Data & Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan
baik secara tidak langsung dengan cara mengimportnya dari perangkat- perangkat
lunak SIG yang lain.
4. Manajemen
Suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan dikerjakan
oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.
3. Contoh Aplikasi SIG Di
Bidang Perairan dan Kelautan
Pada dasarnya setiap
ikan mempunyai kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk kenyamanan
hidupnya. Ikan Tuna tergolong jenis scombrid yang sangat aktif dan umumnya
menyebar di perairan yang oseanik sampai ke perairan dekat pantai, territorial
dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Keberadaan tuna di suatu perairan
sangat bergantung pada beberapa hal yang terkait dengan spesies tuna, kondisi
hidrooseanografi perairan. Pada wilayah perairan ZEE Indonesia, migrasi jenis
ikan tuna di perairan Indonesia merupakan bagian dan jalur migrasi tuna dunia
karena wilayah Indonesia terletak pada lintasan perbatasan perairan antara samodera
Hindia dan samodera Pasifik. Kelompok ikan tuna merupakan jenis kelompok ikan
palagis besar, yang secara komersial di bagi atas kelompok tuna besar dan tuna
kecil. Tuna besar terdiri dari jenis ikan tuna mata besar (bigeye – thunnus
obesus), medidihang (yellowfin – Thunnus albacares), tuna albakora (albacore –
thunnus alalunga), tuna sirip biru selatan (southem blue-fin – thunnus
maccoyii). Dan tuna abu-abu (longtail tuna – thunnus tonggol), sedangkan yang
termasuk tuna kecil adalah cakalang (skipjack – katsuwonus pelamis) (Pramudya,
2008).
Ikan
dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui
teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu
seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran dan daerah front
gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau
klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah
mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya.
Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk
ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik
cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5 0C dan berassosiasi dengan
tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Prahasta, 2007).
Selanjutnya
output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan
distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer
pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter
lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan
kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi
spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara
fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan
ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang
pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi di lingkungan :
- Suhu permukaan laut (SST),
- Tingkat konsentrasi klorofil-a,
- Perbedaan tinggi permukaan laut,
- Arah dan kecepatan arus dan tingkat
produktifitas primer
Keberhasilan usaha
penangkapan ikan sangat ditentukan kemampuan fishing master untuk menduga
daerah penangkapan yang potensial. Banyak penelitian yang telah dilakukan
mengungkapkan bahwa keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan dipengaruhi
kondisi parameter-parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, kandungan
fitoplantok, arus dan faktor lainnya. Masing-masing jenis ikan mempunyai respon
yang spesifik terhadap kondisi parameter-parameter oseanografi tersebut.
Sebagai contoh ikan tuna mata besar optimum tertangkap pada suhu 10-15°C,
Salinitas 34.5-35.5 %o dan kandungan oksigen > 1ml/l (Monintja dan
Yusfiandayani, 2009).
Penentuan daerah
potensial penangkapan ikan berdasarkan input layer-layer faktor oseanografi.
Daerah potensial untuk penangkapan jenis ikan tertentu ditentukan berdasarkan
kriteria yang telah diteliti sebelumnya. Permasalahannya hingga saat ini,
kriteria yang spesifik terhadap jenis ikan tertentu belum banyak diteliti.
Parameter oseanografi yang dapat diturunkan dari sensor satelit maupun hasil
observasi lapang seperti suhu, kandungan klorofil, tinggi paras laut (Raymond,
1996).
Data spasial dan
atribut yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan dapat dibangun dalam SIG.
Data ini sebagian besar dapat diperoleh dari pelabuhan tempat pendaratan ikan,
dinas kelautan dan perikanan setempat. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat
mengenai armada, alat tangkap, hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan
target sebaiknya juga dilakukan pengamatan langsung di lapangan. Salah satu
contoh aplikasi SIG untuk pengelolaan perikanan tangkap yang diuraikan di sini
adalah yang dikembangkan oleh Baro et al., di wilayah Malaga. Contoh diagram
pemroses data secara umum tertera pada dan pengembangan model basis data untuk
pengelolaan perikanan tangkap tertera pada (Suynto, 2004).
Peta lingkungan pantai
didigitasi yang digunakan sebagai peta dasar dalam SIG. Peta tematik lainnya
juga didigitasi sebagai masukan dalam SIG seperti peta orisinil daerah
penangkapan ikan. Peta-peta ini selanjutnya direlasikan dengan data atribut
yang sesuai dalam tabel basis data. Basis data mengandung semua informasi yang
terintegrasi dalam format SIG (Supiharyono, 2000).
Sumber: http://msp1164meyna.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar