Kampung yang terletak di Pulau
Komodo dan ribuan kilo jaraknya dari Pulau Jawa. Masih diberi kesempatan bisa
mengeksplore pulau-pulau di Indonesia bagian timur, salah satunya Pulau Komodo.
Penduduk Kampung Komodo rata-rata menyandang etnis komodo atau suku komodo.
Bahasa komodo merupakan bahasa cukup berbeda dengan bahasa daerah lain dan
sangat sulit dipelajari. Masyarakat Komodo kini banyak beralih profesi/mata
pencaharian, yaitu menjadi pedagang dan pemahat patung Komodo. Sedangkan Nelayan
hanya tinggal beberapa persen dari jumlah penduduk.
Menurut masyarakat Komodo,
keuntungan hasil yang didapat dari berdagang dan pemahat lebih besar dibanding berangkat
melaut mencari ikan. Target pemasaran adalah turis yang berkunjung ke Kampung
Komodo ataupun ke Loh Liang. Dalam sehari bisa menghasilkan keuntungan 100ribu
bahkan lebih, contoh seperti kunjungan kapal cruise ataupun waktu musim wisatawan berkunjung seperti bulan
agustus 2016 lalu, pendapatan meningkat mencapai 2kali lipatnya. Loh Liang
merupakan destinasi wisata untuk melihat beragam satwa terutama komodo dan
lokasi Loh Liang menyediakan tempat untuk berdagang seperti souvenir dan warung
makan.
Nelayan yang bertahan tetap
memegang prinsip menjadi seorang nelayan. Menurut nelayan mereka sangat tidak
berbakat menjadi pengusaha atau pemahat patung. Makanya tetap bertahan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Semenjak dulu kita sudah diajarkan menjadi pelaut yang
tangguh dan handal oleh nenek moyang kita. Pak karim, seorang nelayan kapal
pukat hanyut atau kita ketahui jaring insang hanyut. Sempat beberapa hari ikut
pergi melaut dengan beliau. Banyak yang kutanyakan tentang siklus kehidupan
nelayan di Pulau Komodo. Pak Karim menjadi nelayan 25 tahun dan bahkan sangat
hafal daerah perairan Pulau Komodo dan Pulau Padar. Pak Karim juga menjelaskan
bagaimana pengoperasian alat tangkap dan jenis ikan-ikan yang tertangkap.
sumber:(http://www.briancoad.com/)
Jaring insang hanyut dioperasikan
pada malam hari, karena warna jaring berwana hijau atau biru, ketika pengoperasian
di kolom air tidak akan terlihat oleh ikan. Biasanya ikan yang tertangkap juga
terlilit di jaring ataupun terjerat dibagian insang. Alat tangkap ini ramah
lingkungan dan cukup panjang sekitar 400-700 meter. Pada umumnya ukuran mata
jaring 2,5 inci. Jaring insang ini tidak memakai pemberat, hanya memakai
pelampung. Diberi perlampung dengan berjarak 5-6 meter. Pengoperasian alat
tangkap harus mengikuti arus atau gelombang dan diposisikan tepat di depan kapal, karena jika pengoperasian alat tangkap
di belakang kapal, kapal akan menambrak jaring dan menjadi tidak beraturan. Setelah
penurunan alat tangkap nelayan menunggu sekitar 2-3 jam. Jenis ikan-ikan yang
tertangkap adalah jenis ikan pelagis seperti ikan tongkol, ikan kombong, ikan
ketombong dan ikan sarden. Pengoperasian alat tangkap 2-3 kali penurunan dan
tergantung kondisi cuaca dan bulan.
(jenis ikan tongkol dan ikan kombong)
Nelayan di Kampung Komodo bukan
hanya mengoperasikan jenis alat tangkap jaring insang hanyut saja, tetapi ada
beberapa jenis alat tangkap lain seperti bagan (lift net), pancing ulur, pancing tonda dan jaring insang melingkar
(bottom gillnet). Di Kampung Komodo
harga ikan cukup mahal, karena nelayan semakin sedikit dan hasil ikan juga
tidak menentu. Contohnya harga ikan tongkol, diperkirakan dengan berat 2kg bisa
mencapai 25ribu/ekornya, ikan kombong bisa mencapai 10 ribu/ekor. Keuntungan
yang didapatkan nelayan juga sedikit pada musim kemarau atau pada bulan agustus-oktober.
Menurut nelayan setempat, musim ikan naik pada bulan januari-maret setelah
musim peralihan/penghujan.
Aktivitas nelayan jaring insang
hanyut atau jaring insang melingkar (bottom
gillnet), ketika malam hari mencari ikan dan di siang harinya memperbaiki
jaring yang robek. Kini, di Kampung Komodo sudah banyak pendatang seperti etnis
Bima dan Bajo. Pastiya beberapa nelayan bukan asli penduduk Kampung Komodo,
tutur Pak Karim.
0 komentar:
Posting Komentar