Tidak sedikit pun niat untuk menoleh kebelakang
dengan posisi badan tegap dan mantap tajam ke arah depan seperti melihat satu
titik tumpu. Berusaha untuk berlari kencang tapi apa daya, jalan begitu terjal
dan bebatuan yang menggenaskan membuat sang pencari tidak dapat berlari
kencang. Matahari mulai berlahan naik ke atas langit hingga tepat sejajar
dengan ubun-ubun. Tetesan air keringat sudah tidak terhitung jumlahnya yang mengenai
tanah bumi, tetepi sang pencari tidak mengenal kata lelah dan berusaha untuk
berlari menggapai keinginan yang ingin ia diwujudkan. Panas terasa membakar
tubuh, pecahan batuan tajam seakan merobek telapak kaki, pukulan rombongan debu
sampai mengiris muka, inilah perjalan tak kunjung usai oleh sang pencari. Tidak
ada kompas sebagai petunjuk arah, tidak ada peta sebagai alat pandu, hanya
berbekal tekad nan egois untuk sebuah pencapaian. Berharap ada seseorang yang
melintas didekatnya agar dapat bertanya “kemana arah jalan ini?” tapi semua itu
tidak akan mungkin terjadi, daerah yang jauh dari peradaban manusia, dan
mungkin hanya ada binatang buas yang akan menyapa hingga menerkamnya.
Bermil-mil perjalanan yang telah dilalui
hingga senja pun tiba, menggunakan waktu sejenak untuk beristirahat, sambil
menghilangkan dahaga dengan perbekalan air seadanya. Hamparan batuan dan
kerikil begitu senantiasa menemani istirahatnya. Perjalanan akan dilanjutkan
besok pagi. Disela-sela istirahat sang pencari menyempatkan diri memandang ke
atas langit, melihat keindahan beribu-ribu cahaya bintang yang terhempas di
langit, secara berlahan tangan ingin merenggut salah satu cahaya itu, tapi
semua usaha itu berakhir sia-sia karena cukup jauh untuk menjangkaunya. Sempat
sang pencari bertanya dengan jiwanya ”kenapa bintang memiliki cahaya, membuat
setiap orang bahagia ketika melihatnya, kenapa?” Berbeda halnya dengan diriku,
tidak ada yang spesial dari jiwa dan raga ini, hanya sebuah kesedihan dan
penderitaan yang kudapat di muka bumi. Bintang mimiliki cahaya membuat banyak
orang tertawa dan tersenyum dengan penuh kemesraan, sedangkan saya? Kebimbangan
dan rasa lelah sang pencari berujung kediaman karena sudah tertidur lelap dalam
mimpinya.
Seseorang kira-kira berumur 60 tahun-an dengan
berpakaian kumuh datang mendekati sang pencari, mulai ada perbincangan antara satu
sama lain. Orang tua itu bertanya “apa yang engkau cari anak muda?” Seorang tak
kenal itu seakan terasa asing bagi sang pencari, dengan sambil berfikir sang
pencari pun menjawab “aku hanya ingin sampai di ujung jalan ini, yang berakhir dengan
kebahagiaan”. Tentu kamu tidak akan menemukan akhir jalan ini nak, ucap orang
tua tersebut. Sang pencari pun heran ketika mendengarkan perkataan sekilas yang
disampaikan orang tua itu. Dengan keegoisan sang pencari benaknya sampat
berkata “ tidak mungkin, setiap jalan pasti akan ada akhir atau ujung jalannya”
wajah kesal yang ditampakkan oleh sang pencari tehadap orang tua itu. Nak, aku
tau apa yang sedang kamu pikirkan, bahkan kamu tidak percaya dan beranggapan
itu tidak mungkin, iya kan? Tapi ya sudah lupakan saja, semua keputusan ada
dipihak kamu anak muda. Hanya ada satu pesan dari saya nak, “janganlah engkau esok
menyesal karena keputusan yang sudah kamu pilih hari ini”. Belum sempat sang
pencari bertanya asal orang tua dan maksudnya dari perkataannya, orang tua itu sudah
membelakangi dan melangkah meninggalkan sang pencari dengan tongkat tuanya. Berusaha
sang pencari untuk mengejar tetapi karena sebuah batu dihadapan kaki, membuat
sang pencari terjungkal, dan berusaha melihat ke arah orang tua itu, tapi
sayang kini hanya terlihat bayangan yang menghilang dari kejauhan oleh sosok orang
tua tadi. Rasa sakit karena jatuh dan rasa tidak percaya membuat sang pencari
bangun dari mimpinya.
Semua perlengkapan sudah ditata didalam tas
besar yang telah disandang, siap melanjutkan perjalanan kembali, udara pagi nan
sejuk seakan sejenak menenangkan pikiran dan hatinya. karena begitu menikmati
dan menghayati kesejukan pagi. Semangat drastis meningkat untuk melanjuti
perjalanan.
Bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar