Minggu, 09 September 2018
Indonesia
memiliki Sumber Daya Alam (SDA)
dengan kekayaan hayati yang sangat melimpah baik itu di darat maupun di laut.
Khusunya di laut, memiliki banyak jenis spesies tumbuhan atau hewan yang familiar
kita ketahui dan kita konsumsi. Laut memiliki kekayaan hayati lebih banyak di
bandingkan di darat, tetapi yang menjadi penghalang besar bagi masyarakat
adalah pengelolaan dan pemanfaatan yang sangat sulit. Salah satu contoh yang
dapat kita kutip adalah sang primadona Indonesia, yang sering kita kenal udang,
yang memiliki nilai jual ekonomis yang tinggi bahkan sampai di ekspor di
berbagai Negara. Produksi udang di Indonesia kebanyakan dari hasil budidaya, walaupun
ada sebagian kecil dari hasil tangkapan nelayan. Sebagian besar udang
dimanfaatkan hanya untuk di konsumsi dan memiliki nilai gizi yang tinggi bagi
kesehatan. Udang windu merupakan salah satu jenis udang Indonesia yang di
ekspor, kebanyakan udang ini hasil dari budidaya tambak di daerah bibir pantai.
Udang merupakan komuditas unggulan
bagi Indonesia dan memiliki sumber protein hewani yang bermutu tinggi.
Baru-baru ini Indonesia unggul dalam ekspor non-migas yaitu udang dan Indonesia
juga sebagai pencetak rekor dalam perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), hingga pangsa pasar 22,7 persen
dengan nilai devisa mencapai US$ 93,5 juta pada bulan maret tahun 2015 ini.
Persaingan tidak bisa di hidari oleh Indonesia yang terdapat di berbagai Negara
seperti Vietnam, India dan Negara lainnya, juga sebagai penghasil udang. Indonesia
harus tetap menjaga kualitas udang, agar tetap steril dan aman bila dikonsumsi
oleh para konsumen. Indonesia dapat membuat kebijakan terhadap semua perusahaan
udang di Indonesia supaya dapat mengindari adanya kontaminan pada bakteri dan
pengecekan yang ketat agar tidak terjadinya kesalahan pada udang. Mulai saat
ini Indonesia harus memperluas jaringan atau meningkatkan pemanfaatan daerah
bibir pantai dengan memperbanyak pertambakan udang. Peningkatan produksi udang
harus menjadi target utama bagi Indonesia karena dapat menaikkan penghasilan
Negara dan menguasai pasar dunia.
Pemerintah Indonesia dapat memberikan palatihan khusus kepada setiap masyarakat
pesisir tentang budidaya udang secera merata di setiap daerah yang memiliki potensi
lokasi yang tepat dan cocok untuk pertambakan udang, contoh seperti Jawa Barat
dan Jawa Tengah Pantai Utara (pantura),
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) daerah ini memiliki gelombang pantai yang rendah dibanding Pantai
Selatan yang memiliki gelombang pantai cukup tinggi. Pemerintahan Indonesia
harus benar-benar mengkaji dan menganilisis pokok permasalahan yang ada
terutama pada sektor perikanan. Nilai kemiskinan yang tinggi di Indonesia
adalah masyarakat yang hidup di daerah pesisir karena minimnya lowongan
pekerjaan. Usaha budidaya udang dapat dikembangkan masyarakat, pendanaan dan fasilitas
yang di sediakan oleh Pemerintah dapat meminimalisir taraf kemiskinan masyarakat
dan membuat komunitas budidaya perikanan tiap-tiap kelompok masyarakat yang
bertujuan untuk tercapainya sustainable
atau berkelanjutan.
Penjagaan kualitas udang dari segi
budidaya dan perusahaan pengelola, Indonesia akan mendapatkan kepercayaan dari
Negara lain, hal ini menjadi strategi yang tepat untuk meningkatkan sektor
perikanan Indonesia dalam persaingan global. Udang di jadikan menu terlezat
pada makanan di berbagai Negara dan memiliki jumlah peminat yang banyak..
Meningkatnya sektor perikanan terutama pada udang dengan kualitas yang baik
maka meningkat pula ketertarikan Negara lain untuk mengimpor udang dari Negara
Indonesia.
Adanya pembentukan dan kerjasama setiap komunitas
pengusaha udang seluruh Indonesia dapat membuka ranah baru untuk mulai meningkatkan
terknologi terkini dan merealisasikan ide-ide anak bangsa dalam menjaga
kualitas udang untuk ekspor.
Jumat, 16 Desember 2016
Nelayan Kampung Komodo, NTT
Siti Asyari Desember 16, 2016 Pengalaman, Pengetahuan, Umum No comments
Kampung yang terletak di Pulau
Komodo dan ribuan kilo jaraknya dari Pulau Jawa. Masih diberi kesempatan bisa
mengeksplore pulau-pulau di Indonesia bagian timur, salah satunya Pulau Komodo.
Penduduk Kampung Komodo rata-rata menyandang etnis komodo atau suku komodo.
Bahasa komodo merupakan bahasa cukup berbeda dengan bahasa daerah lain dan
sangat sulit dipelajari. Masyarakat Komodo kini banyak beralih profesi/mata
pencaharian, yaitu menjadi pedagang dan pemahat patung Komodo. Sedangkan Nelayan
hanya tinggal beberapa persen dari jumlah penduduk.
Menurut masyarakat Komodo,
keuntungan hasil yang didapat dari berdagang dan pemahat lebih besar dibanding berangkat
melaut mencari ikan. Target pemasaran adalah turis yang berkunjung ke Kampung
Komodo ataupun ke Loh Liang. Dalam sehari bisa menghasilkan keuntungan 100ribu
bahkan lebih, contoh seperti kunjungan kapal cruise ataupun waktu musim wisatawan berkunjung seperti bulan
agustus 2016 lalu, pendapatan meningkat mencapai 2kali lipatnya. Loh Liang
merupakan destinasi wisata untuk melihat beragam satwa terutama komodo dan
lokasi Loh Liang menyediakan tempat untuk berdagang seperti souvenir dan warung
makan.
Nelayan yang bertahan tetap
memegang prinsip menjadi seorang nelayan. Menurut nelayan mereka sangat tidak
berbakat menjadi pengusaha atau pemahat patung. Makanya tetap bertahan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Semenjak dulu kita sudah diajarkan menjadi pelaut yang
tangguh dan handal oleh nenek moyang kita. Pak karim, seorang nelayan kapal
pukat hanyut atau kita ketahui jaring insang hanyut. Sempat beberapa hari ikut
pergi melaut dengan beliau. Banyak yang kutanyakan tentang siklus kehidupan
nelayan di Pulau Komodo. Pak Karim menjadi nelayan 25 tahun dan bahkan sangat
hafal daerah perairan Pulau Komodo dan Pulau Padar. Pak Karim juga menjelaskan
bagaimana pengoperasian alat tangkap dan jenis ikan-ikan yang tertangkap.
sumber:(http://www.briancoad.com/)
Jaring insang hanyut dioperasikan
pada malam hari, karena warna jaring berwana hijau atau biru, ketika pengoperasian
di kolom air tidak akan terlihat oleh ikan. Biasanya ikan yang tertangkap juga
terlilit di jaring ataupun terjerat dibagian insang. Alat tangkap ini ramah
lingkungan dan cukup panjang sekitar 400-700 meter. Pada umumnya ukuran mata
jaring 2,5 inci. Jaring insang ini tidak memakai pemberat, hanya memakai
pelampung. Diberi perlampung dengan berjarak 5-6 meter. Pengoperasian alat
tangkap harus mengikuti arus atau gelombang dan diposisikan tepat di depan kapal, karena jika pengoperasian alat tangkap
di belakang kapal, kapal akan menambrak jaring dan menjadi tidak beraturan. Setelah
penurunan alat tangkap nelayan menunggu sekitar 2-3 jam. Jenis ikan-ikan yang
tertangkap adalah jenis ikan pelagis seperti ikan tongkol, ikan kombong, ikan
ketombong dan ikan sarden. Pengoperasian alat tangkap 2-3 kali penurunan dan
tergantung kondisi cuaca dan bulan.
(jenis ikan tongkol dan ikan kombong)
Nelayan di Kampung Komodo bukan
hanya mengoperasikan jenis alat tangkap jaring insang hanyut saja, tetapi ada
beberapa jenis alat tangkap lain seperti bagan (lift net), pancing ulur, pancing tonda dan jaring insang melingkar
(bottom gillnet). Di Kampung Komodo
harga ikan cukup mahal, karena nelayan semakin sedikit dan hasil ikan juga
tidak menentu. Contohnya harga ikan tongkol, diperkirakan dengan berat 2kg bisa
mencapai 25ribu/ekornya, ikan kombong bisa mencapai 10 ribu/ekor. Keuntungan
yang didapatkan nelayan juga sedikit pada musim kemarau atau pada bulan agustus-oktober.
Menurut nelayan setempat, musim ikan naik pada bulan januari-maret setelah
musim peralihan/penghujan.
Aktivitas nelayan jaring insang
hanyut atau jaring insang melingkar (bottom
gillnet), ketika malam hari mencari ikan dan di siang harinya memperbaiki
jaring yang robek. Kini, di Kampung Komodo sudah banyak pendatang seperti etnis
Bima dan Bajo. Pastiya beberapa nelayan bukan asli penduduk Kampung Komodo,
tutur Pak Karim.
Rabu, 07 Desember 2016
Jangan Sampai Smartphone Membodohi Kita
Siti Asyari Desember 07, 2016 Komunikasi, Pengetahuan, Umum No comments
Smartphone adalah teknologi canggih terkini, terutama dikalangan anak
muda. Smartphone dapat membantu seperti menelpon dan message
dengan keluarga ataupun kerabat dekat. Bukan hanya itu saja, smartphone kini
dilengkapi berbagai fitur yang dapat memudahkan kita dan sistem android
smartphone benar-benar sangat membantu. Terutama aplikasi Playstore dari android, di dalamnya tersedia bermacam-macam aplikasi
yang dapat meringankan berbagai kegiatan atau aktivitas sehari-hari, seperti
bekerja, transportasi dan berbelanja.
Smartphone android menjadi pilihan efektif untuk mengakses berbagai
informasi edukasi, karena proses mangakses pada smartphone dikembangkan
berbagai macam aplikasi yang dapat memudahkan penggunanya. Hal ini tercemin
bahwa smartphone adalah suatu teknologi yang inovatif. Smartphone android
merupakan teknologi yang cenderung memberikan pemahaman dan ilmu baru terhadap
penggunanya.
Smartphone banyak digunakan oleh mahasiswa, bisa dibilang sebagai
penunjang dalam menyelesaikan berbagai tugas perkuliahan ataupun mencari referensi.
Selain itu smartphone juga sebagai sarana komunikasi antar mahasiswa, agar
lebih terkordinir, lebih cepat dan berbagi informasi beragam kegiatan
mahasiswa. Aplikasi yang sering digunakan seperti Line, WhatsApp dan BBM (Blackberry Message). Bukan hanya mahasiswa saja yang memakai
phonsel canggih ini, tetapi pekerja dan pengusaha mulai beralih memakai
smartphone untuk meningkatkan kinerja dan kualitas produknya.
Optimalisasi smartphone sangat tergantung pemakaiannya. Artinya, nilai
manfaat dari smartphone akan memberikan nilai lebih kepada penggunanya, jika
semua fasilitas dan fungsi smartphone bisa dimanfaatkan secara maksimal. Berbeda jika sebaliknya, semua fasilitas dan fungsi smartphone tidak
dimanfaatkan maka tidak ada nilai tambah dari smartphone tersebut. Smartphone memang memiliki banyak manfaat,
tetapi dibalik itu smartphone juga memiliki sisi negatif atau kerugian jika pelaku yang menggunakan
smartphone tidak bijak dalam penggunaannya. Adapun beberapa contoh smartphone
akan merugikan penggunanya:
Merusak Hubungan Silaturrahmi
Seringkali kita berpikir bahwa menggunakan smartphone yang memfasilitasi
komunikasi kita akan menjadi lebih baik, nyatanya tidak. Seringkali kita
berkomunikasi di dunia maya dijadikan seperti kehidupan nyata, sesuka hati
untuk memposting aktivitas sehari-hari dan sibuk dengan jejaringan sosial seperti facebook, instagram dan Line. Semakin
berkurang waktu berkualitas yang akan kita berikan untuk keluarga, sahabat dan
rekan kerja. Teknologi dapat membuat kita sulit untuk mengatur batasan-batasan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kecanduan dan Sulit Tidur
Tidak bisa kita menyangkal Kecanggihan dari smartphone, terutama
kebutuhan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun ,smartphone
juga yang menyebabkan kita kecanduan, mengganggu konsentrasi, bahkan merampas
waktu tidur. Sering waktu kita dihabiskan di depan layar phonsel, mulai dari
pagi hingga petang. Waktu produktifitas dan waktu tidur semakin berkurang. Aktivas
itu akan berdampak buruk pada kesehatan.
Bermalas-malasan
Menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar phonsel sering dilakukan
para muda-mudi dan menjadikan kita semakin malas, selain itu kita selalu
menunda-nunda aktivitas yang ingin dilakukan. Kebiasaan buruk ini akan melarang
diri untuk melakukan hal apapun dan berdampak negatif untuk diri sendiri
seperti, kualitas diri menurun, kurang belajar dan dijauhkan teman.
Menguras Kantong (Boros)
Smartphone sangat membutuhkan paket data Internet. Tanpa internet kita
tidak bisa berkomunikasi melalui media sosial. kini smartphone rata-rata sistem
online dan sangat bergantung pada kuota/paket internet. Jika Penggunaan smartphone
hanya mengikuti kesenangan semata dan tidak memberikan manfaat, bisa-bisa kita menjadi
lebih boros karena harus mengisi ulang kuota internet secara terus menerus.
Manfaat atau kerugian smartphone yang ditimbulkan semua tergantung
penggunanya. Jadi kembali sama-sama kita renungkan lagi. Jangan sampai smartphone
membodohi kita, tetapi jadikan smartphone sebagai alat untuk membantu semua kebutuhan kita.
Senin, 05 Desember 2016
Aisyah
Siti Asyari Desember 05, 2016 Fiksi, Fiksi dan Non Fiksi No comments
BUKU BEKAS
Terik cahaya matahari sudah tepat
sejajar di atas kepala, menginjak bayangan hitam diri sendiri. Suara canda tawa
terdengar jelas, berlarian ke sana kemari. Jam istirahat masih tersisa sepuluh
menitan lagi. Sebagian ada yang sibuk membeli jajanan pasar yang dijual di warung
sebelah sekolah, ukurannya tidak luas hanya sekitar 3x4 meter yang didirikan
dari bambu seperti pondok kecil, dindingnya dilapisi dengan triplek bekas, dan
atapnya terlihat jelas dari pelepah rombio. Ini warung satu-satunya yang ada di
sekolah. Di warung menjual berbagai makanan dan jajanan pasar, ada lontong,
kerupuk kuah, nasi goreng dan lainnya. Laris manis terlihat dari senyuman si ibu
penjual, bahkan sampai antri panjang. Cerebutan mengatakan aku duluan yang tiba
di sini, aku duluan memilih jajan ini, serbaribut. Si ibu penjual dengan sabar
menghadapi tingkah anak-anak
sekolah. Jajanan murah sesuai dengan kantong seumuran
mereka.
Memandangi dari
kejauhan, hanya bisa tersenyum melihat sikap teman-temanku. Sebagian lagi ada
yang sedang bermain petak-umpet dan juga kejar-kejaran menyebutkan nama
binatang. Duduk di tepi teras depan pintu kelas adalah kebiasaan yang sering
kulakukan, selonjoran dan mengambil posisi senyaman mungkin. Dari
kejauhan masih memandangi aktivitas teman-teman disela kesibukan membaca buku.
Aisyah, nama
pemberian kedua orang tuaku. Tapi entah kenapa, sampai saat ini teman-teman
sering memanggilku Isah, jauh sekali berbeda dari nama asliku. Sekarang aku
masih duduk dibangku kelas enam.
SD 1 plasma, sekolah terletak di bawah kaki bukit dan sangat jauh dari
perkotaan di Sumatera Barat.
Isaaaaaahhh... dari
kejauhan teman sekelasku memanggil, ia si melati.
Kenapa? Sampai
segitu teriaknya memanggilku.
Ini aku beli dua
kerupuk kuah di warung ibu dijah, mau ndak?
Mauuu.. sautku, terima kasih
ya melati.
Kerupuk kuah jajanan favorit anak-anak
seumuran kami, dengan bentuk kerupuk seperti lingkaran dan pipih. Di atas
kerupuk dikasih mie putih atau sering disebut mihun, dan bagian atas mie diberi
kuah sate. Nikmat sekali rasanya.
Eh ya isah, entar
habis pulang sekolah mau kemana? Kita main masak-masakan yuk.
Yaaah, maaf melati..
aku sudah janji sama adekku ingin bermain gambar pasang yang dibeli mamak di
pasar minggu kemaren, kalau aku ingkar bisa-bisa dia ngambek dan marah samaku.
Tapi kalau kamu mau ikutan, datang aja kerumahku ya. ucap
Aisyah sambil menghabiskan kerupuk kuah.
Oh… ya sudah enggak apa
isah, entar aku main berdua sama lisa aja. Ngomong-ngomong kamu baca buku apa
sih, serius amat.
aku lagi baca buku
bekas yang dibeli mamak. Judulnya “The
World Story” buku tentang nama-nama negara mel. Buku ini bagus sekali, di dalamnya banyak
menceritakan budaya, mata uang, tempat wisata dan makanan khas di Negara itu
mel.
Wow, keren sekali isah. Nanti kalau kamu sudah selesai baca bukunya,
bolehkan aku pinjam ya??? Hehe. Aku juga mau tahu nama-nama negera yang ada di
dunia, dan asal kamu tahu juga isah, aku sangat pengen sekali bisa keliling
dunia biar aku bisa kenal dan tahu bahasa mereka. Apalagi makanannya, pasti
lezat sekali.. haha
Bisa saja kamu mel, Isah pun turut tertawa. Iya nanti kalau sudah
selesai langsung aku kasih ke kamu mel. Eh ya, masuk yuh. Sebentar lagi lonceng
bunyi jam kedua pelajaran kita mel.
Siap komandannn!!!!! Hehe..
****
Teng…Teng..Teng…… (loceng besi yang dipukul dengan palu)
Asiiikkk… isah Lonceng pulang sudah berbunyi tuh, ayo bergegas pulang.
Iya melati sahabatku…
Sampai ketemu besok anak-anak, jangan lupa PRnya dikerjakan di Rumah ya.
Asslamualaikum (akhir kata dari guru kelas enam)…
Waalaikumsalam buuu….. sorakan semua anak di kelas, berlarian menuju
pintu keluar.
Mel sampai
ketemu besok…
Loh isah, kamu
tidak pulang sama kita, kan mobil bus sudah nunggu..
Tidak mel, aku
sudah dijemput bapak dan rencana aku sama bapak mau ke pasar. Tuh bapakku sudah
nunggu, sambil menunjuk bapak aisyah yang sudah menunggu di Gerbang Sekolah..
sampai jumpa besok mel. Daaaa..
Iya isah, daaaa
hati-hati yaa…
Isah sudah
berlarian mendekati bapaknya. Bersiap berangkat ke pasar..
Berani Tampil Mengenalkan Budaya
Setelah penampilan pada akhir
tahun lalu, tanggal 27 Desember 2015 diajang bergengsi Panggung Banyumas Rongewu
Limolas (Panggung Banyumas 2015) yang digelar oleh Dewan Kesenian Banyumas, bertempat
di Taman Andang Pangrenan Purwokerto. Undangan terus banjir memadati jadwal
kami, meminta mengisi diberbagai acara, yaitu menampikan tari tradisional khas
Daerah Sumatera Barat. Undangan yang kami terima untuk mengisi di Acara Resepsi
Pernikahan kombinasi dari Suku Sumatera barat (Minangkabau) dengan Suku Sunda. Diselenggarakan
di Cilacap pada tanggal 27 Februari 2016 lalu.
Penampilan untuk kedua kalinya
bagi tim tari Sanggar Marawa Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang (IKAMMI) Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto. Jauh-jauh hari telah menentukan berapa personil
yang akan berangkat dan tim tari mempersiapkan tarian secara maksimal. Ada dua
tari traditional yang akan ditampilkan, pertama tari galombang, merupakan tarian
pencak silat untuk menyambut mempelai pria dan wanita, kedua tari piring untuk
menghibur mempelai dan para tamu yang hadir.
Sore 26 Februari 2016, kita berangkat
dan menginap semalam di Cilacap. Selepas waktu magrib kita menyempatkan untuk
berlatih agar tidak canggung dan juga melatih kekompakan tim. Bercucuran keringat
sudah hal biasa bagi para penari, memang cukup melelahkan tapi kami tahu tujuan
utama kami adalah untuk menghibur dan memperkenalkan budaya. Dan kami yakin
perjuangan selama latihan tidak akan sia-sia, karena hasil tidak akan
mengkhianati usaha.
Keesokan hari, tepat acara
berlangsung kami telah dijadwalkan tampil jam 10am. Terkesima melihat gedung
mewah yang didekorasi seelok mungkin dan menawan ketika dipandang, hiasan serta
pernak-pernik khas Sumatera Barat terlihat jelas di sisi-sisi sudut gedung. Para
catering sudah menyajikan berbagai menu
makanan yang nikmat disantap, seperti bakso/soto, rendang/masakan khas padang,
sate padang, sate kambing, jajanan dan gorengan, tidak bisa disebutkan semuanya
karena banyak sekali dan sangat menggugah selera. Tamu-tamu elit pun sudah memenuhi
ruangan yang telah disediakan.
Sebelum menari kita tak lupa
berdoa kepada Allah untuk memperlancar segala urusan kami, Alhamdulillah penampilan
tari galombang dan tari piring berjalan lancar dan mendapatkan tepuktangan
meriah dari pengunjung dan tuan rumah. Keyakinan dan usaha kami semua berbuah
manis. Tim tari sanggar marawa berfoto bersama dengan mempelai dan itu sebuah
kebanggan bagi kami.
Setelah tampil, tim tari tidak
ingin melewatkan momen tertentu, yaitu mencicipi semua makanan. Tidak perlu
malu dan sungkan, ini soal perut, ketika lapar ya harus makan. Acara resepsi ini
tidak hanya diisi dengan tarian saja tapi ada hiburan yang lain seperti Band dan
Orgen tunggal menyanyikan lagu-lagu Sumatera Barat (Minangkabau). Berasa dihari
itu kami semua sedang di Sumatera Barat, tapi itu hanya angan-angan. Itulah
nasib anak perantauan Sumatera barat, jarang pulang tapi selalu membanggakan
nama Sumatera Barat salah satunya mengenalakan budaya melalui tarian.
Sebelum pulang ke Purwokerto, pembimbing
yang mendampingi kami selama di Cilacap mengajak kami trip ke pantai. Karena kita tahu Kota Cilacap adalah daerah pesisir
pantai. Pantai Teluk Penyu, walaupun pantainya tidak terlalu bagus tapi kami
sangat menikmati karena hari ini adalah momen bahagia. Selama perjalanan pulang
semua tidur terlelap.
Sabtu, 06 Februari 2016
Rindu sang Ayah
Siti Asyari Februari 06, 2016 Fiksi, Fiksi dan Non Fiksi, Kata Hati No comments
Rintikan hujan menciptakan sebuah kenyamanan ditambah lagi udara nun dingin, rasa ingin cepat-cepat ke atas ranjang, mengambil selimut menutupi seluruh tubuh dengan ditemani bantal kesayangan. Tapi sayang seribu sayang, ku tak bisa melakukan itu. Semua orang sudah terlelap dengan mimpi indahnya. Tetapi aku masih terpaku dalam renungan. Ihsan, itu lah namaku. Kini, masih menyimak alunan syahdu rintikan air yang jatuh dari langit, tercipta melodi indah saat memejamkan mata.
Malam ini, seakan teringat kenangan masa lalu. Kenangan pahit itu. Mungkin karena kerinduan yang membekam dalam jiwa. Tiga tahun silam, kejadian yang tidak bisa kulupakan. Perasaan pedih itu sangat membekas di hati dan benakku. Bukan ia yang kurindukan, mantan isteriku. Tapi sang buah hati darah dagingku yang ia bawa lari. Sampai saat ini tidak ada kabar dan entah ke mana mereka pergi.
Perceraian bukanlah permintaanku, itu bukan ujung penyelesaian masalah dalam keluarga. Tapi, karena keras kepala dan keegoisannya, semua berujung seperti saat ini. Karena ketidakcocokan kami, harus berakhir dengan perceraian. Dan sekarang, aku hanya bisa mengalah ketika ia membawa putri kecilku. Sabela, nama putri kecilku. Cantik dan menawan, senyuman manis dilengkapi dengan semi pipit dikedua pipinya, sangat menggemaskan. Kehadiran sang Putri kecil seakan melengkapi hidupku. Tapi kini semua itu sirna, isak tangis yang melanda saat kerinduan. Sifat manjanya sangat aku kenal gerak-geriknya, pipi memerah saat ia malu ketika salah, dan wajah masamnya saat aku mengingkari janjiku dengannya. Jujur, ayahmu ini sangat merindukanmu. Sabela, semoga engkau sehat selalu dalam lindunganNya.
Tuhan, cobaan apalagi yang aku terima. Apakah hidupku akan terus seperti ini? Penuh dengan puing-puing permasalahan, seperti jalan penuh dengan bebatuan dan tajam seakan sulit tuk kulewati. Aku hanya bisa berserah diri kepadaMu, dan tak pernah bosan tuk meminta petunjuk dan pertolonganMu. Suatu saat, pertemukanlah aku dengan putri kecilku, yang kini masih terpisah jauh denganku.
Sekian......
Rabu, 03 Februari 2016
Bapak Tukang Becak
Sore
ini suasana lumayan sejuk, udaranya sangat menyenangkan ketika dihirup. Tak pernah
lupa tuk terus bersyukur. Melihat warna-warni hidup, kebiasaan masyarakat saat
melakukan aktivitas di sore hari. Kita tahu rezeki sudah ada yang mengatur, hal
paling terpenting adalah ikhtiar dan doa jangan sampai kita lupakan. Pandangan
kita, uang berarti segalanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan semua itu
harus tercukupi. Terkadang kita sendiri pernah mengecap hidup ini kejam dan
sulit ketika keuangan di dalam keluarga minim, karena keberadaan uang guna memenuhi
semua kebutuhan biaya sekolah anak, perlengkapan rumah, dan sebagainya. Orang
tua sebagai tulang punggung yang bertanggung jawab atas segalanya, mencari
nafkah yang tak kenal lelah. Pernahkah kita berfikir bahwa kehidupan kita sudah
layak? Terkadang kita lupa bersyukur kepada Mahapemberi, padahal diluar sana
masih banyak orang-orang masih serba kekurangan dalam segi material.
Sedikit
cerita tentang seorang bapak tukang becak. Di kota mendoan ini, masih banyak
kalangan keluarga mencari nafkah dengan menggunakan transportasi tradisional
(Becak), dengan mengayuh sampai berkilo-kilo meter jauhnya, dan upah bayarnya pun
hanya sedikit. Rasa belasku membuat hati rapuh dan menetaskan air mata. Saat jalan
medaki bapak dengan sekuat tenaga mendorong becaknya dan di saat jalan menurun bapak
menahan kampas rem serta suara khas klakson klasiknya dari kaleng. Melihat kondisi
lalu-lalang motor di kota ini sangat mengerikan, kebut-kebutan tidak karuan,
bisa terancam tukang becak sebut benakku.
Lelah
dan cucuran keringat tak menghalanginya bapak untuk bekerja keras. Dengan kemajuan
teknologi dan keterbatasan lowongan pekerjaan, hanya itu yang bisa dilakukan
sebagai tonggak pencari nafkah. Pendidikan pun rendah, maklum pada zaman dahulu
yang bisa menginyam pendidikan hanya orang-orang tertentu dan orang-orang yang
finansialnya rendah memilih menjadi buruh atau budak. Kini, pendidikan di
pandang sangat penting apalagi syarat untuk melamar pekerjaan.
Sebagian
orang ada yang menawar harga karena tidak kesesuaian harga yang diinginkan,
jika melihat keuntungan dari hasil jerih payah tukang becak sangat kecil dibanding
tenaga yang dikeluarkan. Tukang becak selalu mempertimbangkan harga untuk
memuaskan penumpang, tapi kita ketahui, sekarang dengan padat persaingan
apalagi sudah ada transportasi umum, dan kendaraan pribadi, masih inginkah kita
untuk menawar? Hitung-hitung kita besedekah. Pernahkah terbayangkan oleh benak
kita, dalam sehari berapa lama ia harus menuggu penumpang untuk menunggangi
becaknya. Terkadang dalam satu hari pun tidak ada penumpang, membawa tangan
kosong ketika pulang. Tapi dengan tekad bapak, ia yakin rezeki sudah ada yang
mengatur.
Semoga
ini menjadi renungan kita bersama, saling mengerti kondisi dan keadaan
orang-orang di sekitar kita. Pedulilah, bahkan kejadian apapun bisa menjadikan
makna tersendiri. Semoga kita selalu semangat dan kerja keras serta doa yang tak
kunjung putus.
Selasa, 29 Desember 2015
Panggung Banyumas Rongewu Limolas (Panggung Banyumas 2015)
Panggung
Banyumas Rongewu Limolas (Panggung Banyumas 2015). Kegiatan tersebut merupakan agenda
rutin yang digelar setiap tahun oleh Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB) yang
kali ini diselenggarakan pada tanggal 26-27 Desember 2015 di Taman Rekreasi Andhang
Pangrenan. Untuk tahun ini, diadakan berbagai
kegiatan antara lain: Pemilihan Rama Biyung Banyumas 2015, Lomba Stand Up
Comedy Banyumasan, dan Lomba Fashion
Show Batik Nusantara. Acara ini juga disemarakkan dengan penampilan dari
Sopsan, Gethek, Blues and Rock dari Deny Music, Tari
Wira Pertiwi dari sanggar Halawangsa, dan Tari Piring dari IKAMMI UNSOED
(Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang Universitas Jenderal Soedirman ).
Tari Piring, tari
yang tepat untuk ditampilkan. Tak dipungkiri, Tari Piring sudah lazim dikenal
dikalangan masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Jika kami
menampilkan tarian lain seperti Tari Randai ataupun Tari Indang, belum tentu
masyarakat disini mengetahuinya. Jika
pun ada yang tahu, kemungkinan sangat minim.
Singkat cerita,
kami menampilkan Tari Piring di acara tersebut karena IKAMMI UNSOED kenal
dengan Bendahara Kesenian Kabupaten Banyumas, yaitu Bapak Rohadi. Beliau meminta
kami untuk mengisi di acara Panggung Banyumas
Rongewu Limolas. “Bagaimana jika kalian menampilkan Tari Piring khas Sumatera
Barat, karena tari piring ini terlihat menarik.” ucapnya. Sempat
merasa kaget dan juga ragu-ragu untuk mengiyakan bahwa kami bisa tampil di
acara bergengsi tersebut. Kami
hanya memiliki waktu 2 minggu. Waktu yang singkat membuat kami cukup sulit
meluangkan waktu untuk berlatih karena adanya perbedaan jadwal kuliah. Dan
akhirnya,walaupun baru berumur satu tahun, IKAMMI UNSOED
dengan sigap serta rasa percaya diri menyanggupi tawaran
untuk tampil di acara bergengsi Kabupaten Banyumas tersebut demi citra
Kabupaten Banyumas dan ranah kami Sumatera Barat. Dengan
kebersamaan yang dilalui serta semangat untuk berlatih, rasa percaya diri itu
seakan muncul dan meyakinkan kami untuk bisa tampil maksimal walaupun
harus pergi pagi-pulang malam.
Tari Piring yang
akan ditampilkan hanya berkisar waktu 8 menit, setelah
Tari Wira Pertiwi yang merupakan tarian yang berasal dari Jawa Tengah. Tari Wira Pertiwi
terlihat unik bagi kami. Tarian ini mencerminkan sosok kepahlawanan seorang
prajurit perempuan Jawa. Dengan
membawa panahan di tangan kiri dan tangan
kanan seakan menarik tuas tali panahan, tatapan mata yang tajam, serta ekspresi
wajah tegas menggambarkan karakter wibawa seorang prajurit.
Sedangkan,
Tari Piring merupakan tarian khas Sumatera Barat atau Minangkabau. Semua tarian di Nusantara
memiliki filosofi, termasuk Tari Piring ini. Tari Piring menggambarkan
kekompakan dan kebersamaan masyarakat Minangkabau. Dahulu, tarian
ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada dewa atas hasil panen. Tetapi
setelah ajaran Islam masuk ke Sumatera Barat,makna tarian ini mengalami
pergeseran. Tidak lagi dipersembahkan
untuk dewa, melainkan untuk ditampilkan pada acara pernikahan ataupun hajatan. Tari piring
dikenal dengan gerakan yang atraktif dengan memainkan piring
di tangan. Sebagian daerah di Sumatera
Barat, piring yang dibawa akan dipecahkan pada akhir gerakan sebagai wujud
kegembiraan dan niat mulia dari sang penari. Kini, Tari Piring merupakan tari tradisional yang
terkenal keistimewaannya di penjuru dunia dan juga telah
menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.
Seni tari bukan
hanya sekedar gerakan yang dibawakan semau kita. Tetapi, kita harus
memahami makna dan filosofi tarian tersebut.
Jika kita sudah memahami makna dan filosofinya, maka rasa cinta
terhadap seni tari seakan melekat pada raga kita. Muncul
rasa ingin mempelajari dan terus mempelajarinya. Filosofi
tari dari leluhur memiliki makna yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita,
mengambil nilai-nilai positifnya.
Begitu juga dengan
Tari Piring. MembawakanTari Piring harus
kompak dan hafal gerakan yang telah dipelajari. Jika terjadi kesalahan atau
tertinggal satu gerakan saja, tari piring terlihat tidak bagus dan kacau. Harus
benar-benar memahami dan berlatih secara rutin agar terbiasa. Dibutuhkan usaha
keras dan tekad dalam belajar menari, bukan hanya dalam tari piring saja. Tetapi
dalam tarian apapun. Saling mendukung satu sama lain dalam tim
juga diperlukan. Jika kita tidak serius
dan tidak berusaha keras maka tidak akan mudah untuk membawakannya.
Kita harus bangga
terlahir di negara yang kaya budaya dan beragam adat istiadat. Kita patut
melestarikan dan mengenalkannya ke seluruh pelosok negeri, agar budaya di Indonesia
tidak terlupakan dan punah. Bagi generasi muda, marilah kita bersama-sama
mempelajari budaya, khususnya seni tari. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan
melestarikannya. Karena esok kitalah yang akan mengajarkan kepada anak cucu
kita.
Walaupun
baru sedikit kontribusi kami dalam melestarikan
aset budaya Indonesia dengan mengenalkan Tari Piring ini kepada masyarakat
Banyumas, tetapi dari sedikit inilah kami juga belajar mengenal budaya lainnya di
Indonesia.
Penampilan Tari
Piring yang diwakilkan oleh Yusuf, Robby, Sari, Ismi, dan Wenty pada
acara Panggung Banyumas Rongewu Limolas ini, merupakan
penampilan perdana dan pengalaman berharga bagi IKAMMI UNSOED. Kami sangat
bangga dan senang dapat menghibur dihadapan para pengunjung yang mayoritas
merupakan masyarakat Banyumas.
Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB)
yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk tampil eksis pada acara Panggung
Banyumas Rongewu Limolas, menampilkan Tari Piring khas daerah asal kami
(Sumatera Barat). Terimakasih juga untuk Pembina IKAMMI UNSOED Pak Safril dan
Bundo Caniago serta teman-teman yang selalu mendukung dan mendoakan kami.