Panggung
Banyumas Rongewu Limolas (Panggung Banyumas 2015). Kegiatan tersebut merupakan agenda
rutin yang digelar setiap tahun oleh Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB) yang
kali ini diselenggarakan pada tanggal 26-27 Desember 2015 di Taman Rekreasi Andhang
Pangrenan. Untuk tahun ini, diadakan berbagai
kegiatan antara lain: Pemilihan Rama Biyung Banyumas 2015, Lomba Stand Up
Comedy Banyumasan, dan Lomba Fashion
Show Batik Nusantara. Acara ini juga disemarakkan dengan penampilan dari
Sopsan, Gethek, Blues and Rock dari Deny Music, Tari
Wira Pertiwi dari sanggar Halawangsa, dan Tari Piring dari IKAMMI UNSOED
(Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang Universitas Jenderal Soedirman ).
Tari Piring, tari
yang tepat untuk ditampilkan. Tak dipungkiri, Tari Piring sudah lazim dikenal
dikalangan masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Jika kami
menampilkan tarian lain seperti Tari Randai ataupun Tari Indang, belum tentu
masyarakat disini mengetahuinya. Jika
pun ada yang tahu, kemungkinan sangat minim.
Singkat cerita,
kami menampilkan Tari Piring di acara tersebut karena IKAMMI UNSOED kenal
dengan Bendahara Kesenian Kabupaten Banyumas, yaitu Bapak Rohadi. Beliau meminta
kami untuk mengisi di acara Panggung Banyumas
Rongewu Limolas. “Bagaimana jika kalian menampilkan Tari Piring khas Sumatera
Barat, karena tari piring ini terlihat menarik.” ucapnya. Sempat
merasa kaget dan juga ragu-ragu untuk mengiyakan bahwa kami bisa tampil di
acara bergengsi tersebut. Kami
hanya memiliki waktu 2 minggu. Waktu yang singkat membuat kami cukup sulit
meluangkan waktu untuk berlatih karena adanya perbedaan jadwal kuliah. Dan
akhirnya,walaupun baru berumur satu tahun, IKAMMI UNSOED
dengan sigap serta rasa percaya diri menyanggupi tawaran
untuk tampil di acara bergengsi Kabupaten Banyumas tersebut demi citra
Kabupaten Banyumas dan ranah kami Sumatera Barat. Dengan
kebersamaan yang dilalui serta semangat untuk berlatih, rasa percaya diri itu
seakan muncul dan meyakinkan kami untuk bisa tampil maksimal walaupun
harus pergi pagi-pulang malam.
Tari Piring yang
akan ditampilkan hanya berkisar waktu 8 menit, setelah
Tari Wira Pertiwi yang merupakan tarian yang berasal dari Jawa Tengah. Tari Wira Pertiwi
terlihat unik bagi kami. Tarian ini mencerminkan sosok kepahlawanan seorang
prajurit perempuan Jawa. Dengan
membawa panahan di tangan kiri dan tangan
kanan seakan menarik tuas tali panahan, tatapan mata yang tajam, serta ekspresi
wajah tegas menggambarkan karakter wibawa seorang prajurit.
Sedangkan,
Tari Piring merupakan tarian khas Sumatera Barat atau Minangkabau. Semua tarian di Nusantara
memiliki filosofi, termasuk Tari Piring ini. Tari Piring menggambarkan
kekompakan dan kebersamaan masyarakat Minangkabau. Dahulu, tarian
ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada dewa atas hasil panen. Tetapi
setelah ajaran Islam masuk ke Sumatera Barat,makna tarian ini mengalami
pergeseran. Tidak lagi dipersembahkan
untuk dewa, melainkan untuk ditampilkan pada acara pernikahan ataupun hajatan. Tari piring
dikenal dengan gerakan yang atraktif dengan memainkan piring
di tangan. Sebagian daerah di Sumatera
Barat, piring yang dibawa akan dipecahkan pada akhir gerakan sebagai wujud
kegembiraan dan niat mulia dari sang penari. Kini, Tari Piring merupakan tari tradisional yang
terkenal keistimewaannya di penjuru dunia dan juga telah
menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.
Seni tari bukan
hanya sekedar gerakan yang dibawakan semau kita. Tetapi, kita harus
memahami makna dan filosofi tarian tersebut.
Jika kita sudah memahami makna dan filosofinya, maka rasa cinta
terhadap seni tari seakan melekat pada raga kita. Muncul
rasa ingin mempelajari dan terus mempelajarinya. Filosofi
tari dari leluhur memiliki makna yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita,
mengambil nilai-nilai positifnya.
Begitu juga dengan
Tari Piring. MembawakanTari Piring harus
kompak dan hafal gerakan yang telah dipelajari. Jika terjadi kesalahan atau
tertinggal satu gerakan saja, tari piring terlihat tidak bagus dan kacau. Harus
benar-benar memahami dan berlatih secara rutin agar terbiasa. Dibutuhkan usaha
keras dan tekad dalam belajar menari, bukan hanya dalam tari piring saja. Tetapi
dalam tarian apapun. Saling mendukung satu sama lain dalam tim
juga diperlukan. Jika kita tidak serius
dan tidak berusaha keras maka tidak akan mudah untuk membawakannya.
Kita harus bangga
terlahir di negara yang kaya budaya dan beragam adat istiadat. Kita patut
melestarikan dan mengenalkannya ke seluruh pelosok negeri, agar budaya di Indonesia
tidak terlupakan dan punah. Bagi generasi muda, marilah kita bersama-sama
mempelajari budaya, khususnya seni tari. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan
melestarikannya. Karena esok kitalah yang akan mengajarkan kepada anak cucu
kita.
Walaupun
baru sedikit kontribusi kami dalam melestarikan
aset budaya Indonesia dengan mengenalkan Tari Piring ini kepada masyarakat
Banyumas, tetapi dari sedikit inilah kami juga belajar mengenal budaya lainnya di
Indonesia.
Penampilan Tari
Piring yang diwakilkan oleh Yusuf, Robby, Sari, Ismi, dan Wenty pada
acara Panggung Banyumas Rongewu Limolas ini, merupakan
penampilan perdana dan pengalaman berharga bagi IKAMMI UNSOED. Kami sangat
bangga dan senang dapat menghibur dihadapan para pengunjung yang mayoritas
merupakan masyarakat Banyumas.
Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas (DKKB)
yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk tampil eksis pada acara Panggung
Banyumas Rongewu Limolas, menampilkan Tari Piring khas daerah asal kami
(Sumatera Barat). Terimakasih juga untuk Pembina IKAMMI UNSOED Pak Safril dan
Bundo Caniago serta teman-teman yang selalu mendukung dan mendoakan kami.